Kata-kata kurang sopan itu bukan sekali diucap olga, bahkan disetiap acara musik itu, Olga kerap mengeluarkan kata-kata tak sopan dilayar tv. Kata-kata tak pantas itu sering ditujukan pada bintang tamu, ataupun para penggemar yang nangkring di studio tv tersebut.
Saya ingin mengajak pembaca untuk melihat protes moral saya ini secara konstruktif. Setahu saya, media mainstream seperti tv, radio, surat kabar (cetak dan online), selain sebagai sumber informasi (berita/news), juga memiliki sisi edukasi terhadap masyarakat.
Artinya, objek-objek berita dan acara yang dipertontonkan media, selalu meninggalkan pesan keteladanan yang kerap diikuti atau ditiru publik. Berbagai istilah, gaya fashion dan tontonan lain di media, selalu menjadi trendy dan prototype masyarakat.
Alhasil, objek yang diangkat media, merupakan faktor penting dalam mempengaruhi lakon sosial suatu masyarakat. Kita ambil contoh misalnya, kata-kata “sesuatu” yang keluar dari tutur artis Syahrini, yang dulunya tak menjadi trendy, tapi karena sudah tercelup dalam kemasan pasar infoteinment, jadinya sering diikuti masyarakat dalam bertutur. Dari titik inilah, kita berharap media dan elemennya, sedapat mungkin menjadi prototype positif bagi publik. Bukan sebaliknya.
Namun menjadi soal, manakala media bersama elemennya, salah dalam mengkonstruksikan aspek edukasi dalam konten acaranya. Seperti acara musik yang di-host oleh Olga, kerap melahirkan kekhawatiran yang berlebihan dengan selentingan-selentingan yang tak etis.
Pertanyaan saya, apakah setiap tutur kata Olga dan host lainnya diacara tersebut, tak memiliki skenario yang menghibur tapi sekaligus membatasi sisi-sisi yang tak etis? Pertanyaan saya ini tentu penting, karena sekali lagi, kata-kata tak sopan itu sering keluar dari mulut Olga Syahputra.
Berdasarkan hasil observasi saya terhadap Olga, khususnya terkait protes publik terhadap berbagai ulah tak senonohnya di layar kaca, hampir 6 (enam) kali sudah Olga melakukan hal-hal yang a-simetris dengan kepatutan dan kepantasan yang diyakini masyarakat selama ini. Olga bahkan pernah ditegur oleh salah satu ormas agama terkemuka di negeri ini terkait tutur katanya yang tak sopan di depan layar tv.
Misalnya, di situs berita : http://jogja.tribunnews.com edisi Selasa, 26 Juni 2012, secara blak-blakan merilis dosa-dosa Olga di layar kaca. Dengan hasil observasi ini, saya mengkhawatirkan, bila hal-hal yang selama ini dianggap tak senonoh oleh masyarakat, akan menjadi lebih permisif dan mengalami pembiaran masif.
Sekali lagi para pembaca Kompasiana, tulisan ini bukan bertujuan menyerang Olga Syahputra secara tendensius, tapi lebih menekankan peran dan kontrol publik terhadap konten acara yang tak mendidik dan liar di layar tv. Dengan demikian saya berharap, para pemegang regulasi di ranah media informasi dan stake holder terkait, lebih peka membatasi hal-hal yang tak semestinya dijadikan tontonan publik. Semoga.
0 komentar Berita Olga Syahputra: Protes Moral Saya terhadap Artis Olga Syahputra